Kamis, 07 Februari 2013

BANYAK ANAK BANYAK REZEKI (YANG HARUS DICARI)


             Pontianak (7-2-2013) Menarik apa yang disampaikan Deputi ADPIN Drs.Hardianto yang kini sudah menjadi Plt. Sekretaris BKKBN, ketika menyampaikan sambutan pada acara Gerebeg Pasar di Singkawang Kalimantan barat  tanggal 18 Desember lalu, yang mengatakan “Banyak Anak banyak Rezeki Yang Harus Dicari”. Ungkapan Drs.Hardianto tersebut tentu saja disampaikan bukan tanpa maksud. Pasalnya diakui atau tidak, sampai saat inipun masih ada masyarakat yang menganggap bahwa “Banyak Anak Banyak Rezeki”. Apalagi ungkapan tersebut disampaikan di hadapan masyarakat kota Singkawang yang mayoritas merupakan keturunan Tionghoa.  Tentunya Drs.Hardianto sudah mengetahui bahwa masyarakat keturunan Tionghoa sebagian diantaranya masih memiliki filosofi bahwa “banyak anak banyak rezeki” dan belum akan berhenti menambah jumlah anak jika belum memperoleh anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan atau marganya. Seperti halnya dalam tanya jawab dengan warga Singkawang di kawasan jalan KS Tubun Singkawang yang nota bene penduduknya adalah masyarakat etnis tionghoa, Deputi ADPIN mendapatkan bahwa masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang memiliki anak rata-rata diatas 4 orang. Sementara disisi lain kondisi sosial ekonominya mereka tergolong masyarakat pra sejahtera atau miskin.

                           Ket : Gambaran Keluarga dengan banyak anak (sumber google)

              Dalam kondisi masyarakat yang sosial ekonominya masih tergolong rendah tentu saja dengan bertambahnya jumlah anak, akan membawa konsekuensi pada harus banyak juga rezeki atau pendapatan yang dicari untuk membiayai mereka. Dengan penghasilan yang pas-pasan atau bahkan tidak menentu, tentu tidak mudah untuk memenuhi kebutuhan pangan, pendidikan, tempat tinggal dan kesehatannya. Artinya betul kata Deputi Adpin Hardianto yang waktu itu mengatakan “Banyak Anak Banyak Rezeki Yang Harus Dicari”. Kalaupun rezeki yang dicari ternyata hasilnya banyak dengan kondisi jumlah anak yang sedikit atau paling tidak hanya 2 saja, tentu saja akan mendorong semakin meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.
            Kita tahu bahwa pertambahan jumlah penduduk tidak berbanding lurus dengan ketersediaan daya dukung alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Itu artinya pertambahan jumlah penduduk yang banyak tidak seimbang dengan daya dukung sumber daya yang ada. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka bukan tidak mungkin, akan membawa dampak pada semakin meningkatnya jumlah penduduk yang  berasal dari kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR), sementara disisi lain kualitasnya semakin merosot.  Bisa dibayangkan jika TFR Kalbar yang hasilSDKI tahun 2012 mencapai 3,1, tidak disikapi secara arif dan strategis, bukan tidak mungkin akan menyebabkan terjadinya ledakan penduduk atau ancaman baby boom terjadi di daerah ini.
            Oleh karenanya menyikapi ancaman pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali di tanah air, menarik perhatian Pemerintah melalui menteri Kesehatan Nafsah Mboi, memandang motto “2 anak lebih baik” kurang relevan lagi.  Menteri kesehatan Nafsah Mboi bahkan mengapresiasikan kembali digaungkannya “2 anak cukup, laki perempuan sama saja”.  Harapannya tentu saja  agar keluarga di Indonesia akan semakin sejahtera sesuai dengan norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera, yang selaras dengan visi BKKBN Penduduk Tumbuh Seimbang tahun 2015. Semoga. (Pranowo Adi Analis Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Kalbar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimasih telah memberikan komentar