Pontianak (7-2-2013) Menarik apa yang disampaikan Deputi ADPIN
Drs.Hardianto yang kini sudah menjadi Plt. Sekretaris BKKBN, ketika
menyampaikan sambutan pada acara Gerebeg Pasar di Singkawang Kalimantan barat tanggal 18 Desember lalu, yang mengatakan “Banyak Anak banyak Rezeki Yang
Harus Dicari”. Ungkapan Drs.Hardianto tersebut tentu saja disampaikan bukan
tanpa maksud. Pasalnya diakui atau tidak, sampai saat inipun masih ada
masyarakat yang menganggap bahwa “Banyak Anak Banyak Rezeki”. Apalagi ungkapan
tersebut disampaikan di hadapan masyarakat kota Singkawang yang mayoritas
merupakan keturunan Tionghoa. Tentunya
Drs.Hardianto sudah mengetahui bahwa masyarakat keturunan Tionghoa sebagian
diantaranya masih memiliki filosofi bahwa “banyak anak banyak rezeki” dan belum
akan berhenti menambah jumlah anak jika belum memperoleh anak laki-laki sebagai
penerus garis keturunan atau marganya. Seperti halnya dalam tanya jawab dengan warga
Singkawang di kawasan jalan KS Tubun Singkawang yang nota bene penduduknya
adalah masyarakat etnis tionghoa, Deputi ADPIN mendapatkan bahwa masih banyak
Pasangan Usia Subur (PUS) yang memiliki anak rata-rata diatas 4 orang.
Sementara disisi lain kondisi sosial ekonominya mereka tergolong masyarakat pra
sejahtera atau miskin.
Dalam kondisi masyarakat yang sosial ekonominya masih
tergolong rendah tentu saja dengan bertambahnya jumlah anak, akan membawa
konsekuensi pada harus banyak juga rezeki atau pendapatan yang dicari untuk
membiayai mereka. Dengan penghasilan yang pas-pasan atau bahkan tidak menentu,
tentu tidak mudah untuk memenuhi kebutuhan pangan, pendidikan, tempat tinggal
dan kesehatannya. Artinya betul kata Deputi Adpin Hardianto yang waktu itu
mengatakan “Banyak Anak Banyak Rezeki Yang Harus Dicari”. Kalaupun rezeki yang
dicari ternyata hasilnya banyak dengan kondisi jumlah anak yang sedikit atau
paling tidak hanya 2 saja, tentu saja akan mendorong semakin meningkatnya taraf
kesejahteraan masyarakat.
Kita
tahu bahwa pertambahan jumlah penduduk tidak berbanding lurus dengan
ketersediaan daya dukung alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Itu
artinya pertambahan jumlah penduduk yang banyak tidak seimbang dengan daya
dukung sumber daya yang ada. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka bukan tidak
mungkin, akan membawa dampak pada semakin meningkatnya jumlah penduduk
yang berasal dari kelahiran atau Total
Fertility Rate (TFR), sementara disisi lain kualitasnya semakin merosot. Bisa dibayangkan jika TFR Kalbar yang hasilSDKI tahun 2012 mencapai 3,1, tidak disikapi secara arif dan strategis, bukan
tidak mungkin akan menyebabkan terjadinya ledakan penduduk atau ancaman baby
boom terjadi di daerah ini.
Oleh
karenanya menyikapi ancaman pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali di tanah
air, menarik perhatian Pemerintah melalui menteri Kesehatan Nafsah Mboi,
memandang motto “2 anak lebih baik” kurang relevan lagi. Menteri kesehatan Nafsah Mboi bahkan
mengapresiasikan kembali digaungkannya “2 anak cukup, laki perempuan sama
saja”. Harapannya tentu saja agar keluarga di Indonesia akan semakin
sejahtera sesuai dengan norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera, yang
selaras dengan visi BKKBN Penduduk Tumbuh Seimbang tahun 2015. Semoga. (Pranowo Adi Analis Bidang Latbang Perwakilan
BKKBN Kalbar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimasih telah memberikan komentar